Headlines News :

Cari di sini

Home » , » HUKUM WANITA HAID MEMBACA AL-QURAN

HUKUM WANITA HAID MEMBACA AL-QURAN

Written By Mochamad Fahmi on Kamis, 14 Maret 2013 | 21.33


HUKUM WANITA HAID MEMBACA AL-QURAN

Para ulama’ berbeda pendapat tentang boleh tidaknya seorang wanita haidl memegang dan membaca al-Qur’an.
Pendapat pertama; Ulama’ pengikut Imam asy-Syafi’i mengatakan bahwa wanita haidl TIDAK BOLEH MEMBACA AL-QUR’AN, bahkan menyenuh mushaf pun tidak boleh, kecuali dalam keadaan terpaksa. Mereka beralasan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa:
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْضِي الْحَاجَةَ فَيَأْكُلُ مَعَنَا اللَّحْمَ وَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَلَمْ يَكُنْ يَحْجِزُهُ أَوْ يَحْجُبُهُ إِلَّا الْجَنَابَةُ
Dari Ali bin abi thalib, bahwa nabi saw membuang hajat lalu beliau makan roti dan daging bersama kami, lalu membaca al-Qur’an dan tidak ada yang menghalangi beliau untuk membaca Al-Quran kecuali janabah (HR. Ahmad, dan at-Tirmidzi).
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَقْرَأُ الْجُنُبُ وَالْحَائِضُ شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ
Dari Ibnu Umar berkata; Rasulullah saw bersabda, tidak diperbolehkan bagi wanita yang berhaidl dan orang yang junub membaca satu ayatpun dari al-Quran” (Hr. at-Tirmidzi dan Ibn Majah)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَقْرَأُ الْحَائِضُ وَلاَ الْجُنُبُ شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ
Dari Ibnu Umar, berkata; rasulullah saw bersabda, janganlah orang haidl dan orang yang junub terhalang dari a;-Qur’an) (HR. ad-Daruquthni)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ لاَ يَقْرَأُ الْحَائِضُ وَلاَ الْجُنُبُ وَلاَ النُّفَسَاءُ الْقُرْآنَ
Dari jabir ia berkata: Seorang haidl, junub dan nifas janganlah membaca Al-Quran (HR. ad-Daruquthni)
عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : لا يقرأ الحائض ولا النفساء من القرآن شيئا
Dari jabir, ia berkata; Janganlah orang yang haid dan nifas membaca al-Qur’an meskipun hanya sedikit (ad-daruquthni)
Ketidakbolehan membaca al-Quran bagi yang junub di dasarkan atas hadits dari Ali bin Abi Thalib dan hadits lainnya di atas (kelompok pertama). Mereka menqiyaskan haidl dengan junub, sehingga hukum bagi orang haidl dianggap sama dengan hukum orang yang junub.
Pendapat kedua; Para ulama’ pengikut Imam Malik membolehkan membaca tanpa menyentuh mushaf al-Qur’an, dengan alasan bahwa masa haidl yang relatif lama dan tidak bisa disamakan dengan junub. Selain itu mereka juga bersandar dengan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Nabi SAW berkata di Haji Wada kepada A’isyah ra yang saat itu sedang haidl
افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي
“lakukanlah semua apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali thawaf di Baitullah hingga engkau suci”( HR. al-Bukhori dan Muslim).
Telah diketahui bahwa orang yang berhaji juga membaca al-Quran. Dengan demikian, hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi saw tidak melarang Aisyah membaca Al-Quran,
Namun mereka menyaratkan membaca Al-Quran ini dengan tanpa memegang mushaf. Boleh dengan memegang al-Quran tapi harus dengan ha-il (pembatas). Boleh juga membaca mushaf Quran Terjemah atau tafsir, dimana ayat-ayat al-Qur’an menjadi bagian darinya.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Merajut Ukhuwah, Menuai Rahmah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template